Amplifier Linier, Aplifier kelas C
dan Multipliers Frekuensi
Amplifier terbagi menjadi 2 tipe,
yaitu Amplifier linier dan Amplifier kelas C. Amplifier linier memiliki sinyal
output yang identik dengan sinyal inputnya, atau dengan kata lain sinyal
outputnya merupakan replika dari pembesaran sinyal input. Jadi, amplifier
linier menghasilkan sinyal output dengan daya yang lebih besar daripada sinyal
inputnnya.
Amplifier linier terdiri dari kelas A, AB, dan B. Kelas-kelas itu
mengindikasikan bagaimana amplifier itu berbias. Amplifier kelas A menjadi bias
ketika berada di daerah aktif sehingga bekerja terus-menerus. Bias diatur
sedemikian mungkin sehingga input memvariasikan arus collector untuk melebihi
daerah linier transisitor. Kadang-kadang amplifier kelas A disebut dapat
menghasilkan 360 derajat gelombang sinus masukannya. Kelas A sangat linier,
tetapi sangat tidak efisien sehingga hanya menghasilkan penguatan daya yang
kecil
Amplifier kelas B menjadi bias ketika
berada di daerah cut off, sehinga tidak ada arus collector mengalir dengan
masukan nol. Transistor hanya mengerjakan setengah dari sinyal input, dengan
kata lain amplifier kelas B hanya menghasilkan 180 derajat dari sinyal sinus
masukan. Oleh karena itu, amplifier Kelas B biasanya terhubung dalam rangkaian
push-pull dimana satu transistor menguatkan masing-masing setengah dari sinyal
input (sinyal positif dan sinyal negatif).
Amplifier kelas AB menjadi bias
ketika berada di dekat daerah cut off dengan beberapa aliran arus collector.
Amplifier kelas AB menghasilkan sinyal output lebih dari 180 derajat tetapi
lebih kecil dari 360 derajat dari sinyal inputnya. Amplifier kelas AB
menghasilkan linieritas lebih bagus daripada kelas B, tetapi dengan efisiensi
yang lebih rendah.
Amplifier kelas C menjadi bias
ketika berada melampaui daerah cut off. Amplifier kelas C bekerja untuk 90
derajat dan 180 derajat dari gelombang masukan. Amplifier Kelas B dan kelas C
merupakan kelas yang paling efisien karena arus mengalir hanya untuk sebuah
bagian dari sinyal input, tetapi kelas C adalah yang paling efisien. Tetapi
diantara keduanya terdapat distorsi pada sinyal input, suatu teknik khusus
digunakan untuk menghilangkan ditorsi tersebut. Seperti pada kelas B beroperasi
dengan menggunakan rangkaian push-pull, dan kelas C menggunakan resonansi LC.
Amplifier kelas C paling disarankan untuk digunakan diantara tipe RF amplifier
lainnya, karena kelas C paling tinggi tingkat efisiensinya (diatas kelas A dan
kelas B)
Ciri khas Rangkaian Receiver
Di dalam istilah komunikasi,
terdapat tipe-tipe rangkaian receiver, seperti RF dan IF amplifier, serta
rangkaian AGC dan AFC. Dan bagian yang paling penting dari receiver komunikasi
adalah bagian depannya. Bagian depan biasannya terdiri dari amplifier RF,
mixer, dan relatedtuned circuit. Di banyak receiver, amplifier RF sudah
tidak terpakai lagi. Hal ini terutama berlaku di Receiver yang dirancang untuk
frekuensi yang lebih rendah daripada 30 MHz. Gain tambahan tidak diperlukan,
dan kontribusinya hanya akan menjadi lebih banyak noise. Oleh karena itu,
penguat RF biasanya dihilangkan, dan antena terhubung langsung ke input mixer
melalui satu atau lebih tuned circuit.
Dalam sebagian besar receiver RF
yang digunakan biasanya menyediakan gain tegangan dalam 10-30 dB. Ini mudah
didapat dengan transisitor tunggal. Transistor bipolar digunakan pada frekuensi
yang lebih rendah, sementara FET lebih disarankan pada frekuensi VHF, UHF, dan
microwave. Biasanya, FET memiliki angka kebisingan lebih rendah dari
transisitors bipolar dan, karena itu, memberikan performnace lebih baik.
Sirkuit FET sangat efektif karena impedansi masukan yang tinggi. Sehingga
memungkinkan Q dari rangkaian lebih tinggi dan selektivitas menjadi lebih
tajam. Mosfet juga memiliki angka kebisingan yang lebih rendah.
Selain RF amplifier, terdapat juga
IF ampifier, dengan memakai IF amplifier dapat diperoleh sebagian keuntungan
dan selektivitas. Selektivitas adalah kemampuan untuk memisahkan sinyal pada
frekuensi yang berbeda. RF dan IF amplifier biasanya menggunakan
rangkaian sederhana kelas A.
Rangkaian AGC (Automatic Gain
Control) adalah sirkuit pengatur loop tertutup umpan balik, yang bertujuan
untuk menyediakan amplitudo sinyal yang dapat dikendalikan di outputnya,
meskipun variasi amplitudonya dalam sinyal input. Sinyal tingkat rendah
menyebabkan gain receiver menjadi tinggi. Sinyal input yang besar menyebabkan
gain receiver harus dikurangi. Sebagian besar receiver memiliki sirkuit AGC
sehingga dynamic rangenya lebar dan amplitudo sinyal masukan menjadi ditampung
tanpa distorsi. Sebuah sirkuit AGC meluruskan output demodulator ke dc
untuk mengontrol gain IF amplifier
Selain AGC, rangkaian kontrol umpan
balik lainnya adalah AFC (Automatic Frequency Control). AFC adalah sistem umpan
balik yang mirip dengan AGC yang digunakan untuk mengoreksi drift frekuensi dan
ketidakstabilan di LO dari VHF, UHF, dan frekuensi microwave penerima. AFC
digunakan untuk menstabilkan frekuensi dari oscillitor direct FM yang tidak
cukup bagus. Komponen AFC berperan sebagai pengatur frekuensi yang dibangkitkan
oscillator lokal untuk dicatukan ke mixer, sehingga frekuensi oscillator
menjadi stabil. Di AFC, beberapa sinyal dari output demudulator disaring menjadi
tegangan DC dan digunakan untuk mengontrol varactor yang akan pada gilirannya
mengontrol LO frekuensi.
Frekuensi
transisi gain unity adalah frekuensi dimana besrnya penguatan sama engan
unity, atau 0 dB.
Amplifier
Common-Emitter (CE)
Pada amplifier common emiter,
resistor bias (Rbias) memask arus bia ke base, dan ini juga
dapat dianggap mempunyai pengaruh yang dapat diabaikan terhadap kinerja pada
frekuensi tingkat tinggi. Sumber sinyalnya ditunjukkan sebagai pembangkit arus
ekivalen is dan Rs.
Hubungan ke pengeluaran rangakaian
tertala dapat juga dikopel sedemikian rupa untuk mengurangi redaman, salah satu
metode menggunakan kopel induktif timbal balik .
Amplifier
Common-Base (CB)
Resitans input untuk rangkaian CB
jauh lebih kecil daripada yang rangkaian CE. Resistans output untuk rangkaian
CB timbul antara kolektor dan emiter, ini lebih tinggi daripada resistans
output CE. Karena nilainnya yang sangat tinggi, resistans output dapat
diabaikan bagi kebanyakan maksud praktis.
Penguatan
Daya yang Tersedia
Penguatan daya yang tinggi tersedia
diperlukan untuk mempertahankan faktor noise rendah engan amplifier
cascade (formua Friis). Penguatan daya yang tersedia untuk amplifier CE lebih
besar daripada amplifier CB. Oleh sebab itu, maka amplifier CE lebih disukai
untuk tahap masukan pesawat penerima noise.
Amplifier
Cascode
Amplifier CE dan CB dapat
dikombinasikan untuk membentuk sebuah amplifier yang mempunyai peguatan daya
tinggi dan stabil, kombinasi ini dikeal dengan amplifier cascode. Sebuah
amplifier cascode terdapat dua transistor yang membawa arus kollektor dan
mempunyai transkonduktans yang sama juga. Secara keseluruhan, amplifier cascode
memiliki ciri –ciri kinerja yang serupa dengan yang dimiliki oleh amplifier CE
tetapi dengan kestabilan yang lebih bak (tidak ada perubahan fase 180o )
dan karena itu penguatan yang ersedia tinggi.
Rangkaian
Ekivalen Hybrida-Ï€ untuk FET
FET (Field Effect Transistor) lebih
sederhana dari bipolar junction transistor (BJT) karean sangat tingginya
impedans input yang diberikan oleh gerbang kontrol. Analisis rangkaian yang
memanfaatkan FET berlangsung dengan cara yang menyerupai cara BJT yang
menggunakan rangkaian ekivalen hybrid-Ï€.
Rangkaian
Pencampur (Mixer)
Mixer digunakan untuk mengubah
sinyal dari satu frekuensi ke frekuensi lain. Istilah mixer pada umumnya
digunakan unntuk rangkaian yang mengubah sinyal radio ke sinyal madya (IF) dan
yang memerlukan masukan dari sebuah osilator lokal (LO) untuk melakukannnya.
Semua rangkaian mixer memanfaatkan kenyataan bahwa apabila dua sinyal
sinusoidal dikalikan bersama, hasilnya terdiri atas komponen frekuensi yang
dijumlahkan dan yang dikurangkan (selisihnya).
Self test hal 107-108
(english)
12.) Linear power amplifiers are
used to raise the power level of AM
and SSB signals.
13.) A CLASS
C power amplifier is used to increase
the power level of an FM signal.
14.) Linear power amplifiers operate
class A, B dan AB
15.) A Class A Transistor amplifier
has an efficiency of 50 percent. The output power is 27W. The power dissipated
in the transistor is 27 W.
16.) Class A amplifiers conduct for 360 degrees of a sine wave input.
17.) True or false. With no input, a
class B amplifier does not conduct. true
18.) Class B RF power amplifiers
normally used a(n) Push pull configuration.
19.) A class C amplifier conducts
for approximately 90 degrees to 150 degrees of the input signal.
20.) In a class C amplifier
collector current flows in the form of pulses
21.) In a class C amplifier, a
complete sinusoidal output signal is produced by a(n) tuned
or resonant circuit
22.) The efficiency of a class
C amplifier is in the range of 60 to 85 percent.
23.) The tuned circuit in the
collector of a class C amplifier acts as a filter to eliminate harmonics
24.) A class C amplifier whose
output tuned circuit resonates at some integer multiple of the input frequency
is called a(n) frequency multipliers
25.) Frequency multipliers with
factors of 2, 3, 4, and 5 are cascaded. The input is 1.5 MHz. The output is 180 MHz
26.) A class C amplifier has a de
supply voltage of 28 V and an average collector current of 1.8 A. The power
input is 50.4 W.
(bahasa)
12.) linier power amplifier digunakan untuk
meningkatkan tingkat kekuatan sinyal AM dan SSB.
13.) power amplifier kelas C digunakan
untuk meningkatkan tingkat kekuatan sinyal FM.
14.) power amplifier Linear beroperasi kelas A, B dan AB
15.) Sebuah penguat kelas A Transistor memiliki
efisiensi 50 persen. Daya keluaran 27W. Daya yang dihamburkan dalam transistor
adalah 27 W.
16.) Kelas A amplifier bekerja untuk 360 derajat dari masukan gelombang sinus.
17.) Benar atau salah. Tanpa masukan, penguat kelas B
tidak melakukan. benar
18.) RF power amplifier Kelas B biasanya menggunakan
konfigurasi Push pull.
19.) Penguat Kelas C melakukan sekitar 90 derajat sampai 150
derajat dari sinyal input.
20.) Dalam kelas C penguat kolektor arus mengalir
dalam bentuk pulsa
21.) Dalam penguat kelas C, sinyal keluaran sinusoidal
yang lengkap diproduksi oleh tuned atau rangkaian
resonan
22.) Efisiensi
kelas C penguat adalah di kisaran 60 sampai 85 persen.
23.) Rangkaian
tuned dalam kolektor penguat kelas C bertindak sebagai filter untuk
menghilangkan harmonik
24.) Sebuah penguat kelas C yang output disetel
bergema di beberapa bilangan bulat kelipatan dari frekuensi input disebut (n) pengganda frekuensi
25.) Frekuensi multipliers dengan faktor 2, 3, 4, dan
5 mengalir. input 1,5 MHz. output adalah 180 MHz
26.) Kelas C penguat memiliki tegangan suplai 28 V dan
arus kolektor rata-rata 1,8 A. Input daya 50,4 W.
Self test hal 150-151
(english)
53.) RF amplifiers provide initial gain and selectivity in
a receiver but also add noise
54.) A low-noise transistor
preferred at microwave frequencies is the MESFET or
GASFET made of gallium arsenide
55.) Most of the gain and
selectivity in a superhet is obtained in the IF
amplifier.
56.) The selectivity in an IF
amplifier is usually produced by using tuned circuits between
stages.
57.) The bandwidth of a double-tuned
transformer depends upon the degree of mutual
inductance between primary and secondary windings.
58.) In a double-tuned circuit,
minimum band width is obtained with under coupling,
maximum bandwidth with over coupling, and peak
output with optimum or
critical coupling.
59.) An IF amplifier that clips the
positive and negative peaks .of a signal is called a(n) limiter
60.) Clipping occurs in an amplifier
because the transistor is driven by a high-level signal into cutoff, saturation
61.) The gain of a bipolar class A
amplifier can be varied by changing the collector
current
62.) The overall RF-IF gain of a
receiver is approximately 100 dB.
63.) Using the amplitude of the
incoming signal to control the gain of the receiver is known as automatic gain control
64.) AGC circuits vary the gain of
the IF amplifier.
65.) The dc AGC control voltage is
derived from a(n) rectifier circuit connected to
the IF amplifie or detector
output.
66.) Reverse AGC is where a signal amplitude
increase causes a(n) decrease in the IF
amplifier collector current.
67.) Forward AGC uses a signal
amplitude increase to increase the collector
current, which decreases the IF amplifier gain.
68.) The AGC of a differential
amplifier is produced by controlling the current produced by the constant-current source transistor.
69.) In a dual-gate MOSFET IF
amplifier, the dc AGC voltage is applied to the control
gate
70.) Another name for AGC in an AM
receiver is automatic volume control
71.) In an AM receiver, the AGC
voltage is derived from the diode detector
72.) Large input signals cause the
gain of a receiver to be reduced by the AGC.
73.) An AFC circuit corrects for
frequency drift in the local oscillator circuit.
74.) The AFC de control voltage is
derived from the demodulator circuit in a
receiver.
75.) A(n) voltage-variable
capacitor is used in an AFC circuit to vary the LO frequency.
76.) A circuit that blocks the audio
until a signal is received is called a(n) squelch
circuit.
77.) Two types of signals used to
operate the squelch circuit are audio, noise
78.) In a CTCS system, a
low-frequency tone is used to trigger the squelch circuit.
79.) A BFO is required to receive SSB and CW signals.
(bahasa)
53.) RF amplifier memberikan gain
awal dan selektivitas di receiver tetapi juga
menambahkan noise
54.) Transistor kebisingan rendah yang disukai di
frekuensi microwave adalah MESFET / GASFET terbuat
dari gallium arsenide
55.) Sebagian besar gain dan selektivitas di superhet
diperoleh di amplifier IF
56.) Selektivitas di amplifier biasanya diproduksi
dengan menggunakan tuned circuits antara tahap.
57.) Bandwidth transformator tuned ganda tergantung
pada tingkat mutual inductance antara gulungan
primer dan sekunder.
58.) Di sirkuit tuned ganda, minimal bandwidth
diperoleh dengan under coupling, bandwidth
maksimum dengan over kopling, dan puncak output
dengan optimum atau
critical kopling. 59.) IFamplifier yang mencuplik puncak sinyal positif
dan negatif sinyal disebut limiter
60.) Kliping terjadi di sebuah amplifier karena
transistor didorong oleh sinyal tingkat tinggi menjadi cutoff,
saturation
61.) Gain dari penguat bipolar kelas A dapat
bervariasi dengan mengubah arus kollektor
62.) Gain keseluruhan RF -IF Receiver adalah sekitar 100 dB.
63.) Menggunakan amplitudo sinyal masuk untuk
mengontrol gain Penerima dikenal sebagai automatic gain
control
64.) Sirkuit AGC bervariasi gain dari IF amplifier.
65.) AGC dc tegangan kontrol berasal dari rectifier sirkuit terhubung ke IF amplifie atau detector output.
66.) Reverse AGC adalah di mana sinyal amplitudo
meningkat dikarenakan penurunan di arus kolektor
IF amplifier
67.) Forward AGC menggunakan kenaikan amplitudo sinyal
untuk menaikan arus kolektor yang menurunkan
gain IF amplifier.
68.) Diferensial penguat AGC diproduksi dengan
mengendalikan arus yang diproduksi oleh transistor sumber
arus konstan
69.) Di MOSFET IF amplifier gerbang ganda-, tegangan
dc AGC diterapkan control gate
70.) Nama lain AGC di receiver AM adalah automatic volume control
71.) Di receiver AM, tegangan AGC berasal dari diode detector.
72.) sinyal input besar menyebabkan gain receiver oleh
AGC.
menjadi berkurang
73.) sebuah sirkuit AFC mengoreksi untuk frekuensi
drift di sirkuit local oscillator
74.) AFC kontrol tegangan berasal dari sirkuit demodulator di receiver.
75.) voltage-variable
capacitor digunakan dalam rangkaian AFC untuk memvariasikan frekuensi.
LO
76.) Blok audio sampai sinyal yang diterima disebut
sirkuit squelch
77.) Dua jenis sinyal yang digunakan untuk
mengoperasikan sirkuit squelch adalah audio, noise
78.) Dalam sistem CTCS, tone
frekuensi rendah digunakan untuk memicu sirkuit squelch
79.) BFO diperlukan untuk menerima sinyal SSB dan CW