25 April 2017

Flowchart Perancangan Penghitung Pengunjung pada Perpustakaan



Perancangan ini bertujuan untuk menghitung jumlah pengunjung dan jumlah orang yang datang dan pergi di perpustakaan atau bisa juga digunakan untuk ruangan umum lainnya. Hal ini berguna untuk memberitahukan kepada pengunjung tentang jumlah orang di dalam ruangan serta dapat juga membantu petugas agar lebih mudah memonitoring jumlah pengunjung pada saat itu. Berikut ini merupakan flowchart dari sistem kerja alat tersebut.



Penjelasan flowchart:

Kondisi Masuk
  1.Pada rangkaian ini menggunakan sensor cahaya berupa LDR sebagai sensor masuk dan sensor keluarnya. Cara kerja sensor ini yaitu, jika ada orang yang akan masuk ke dalam ruangan maka orang tersebut akan menghalangi datangnya cahaya yang akan mengenai LDR dan saat itu juga  hambatan pada LDR berubah menjadi lebih besar sehingga tegangan yang akan masuk ke rangkaian pengkondisi sinyal akan kecil, sebaliknya jika LDR sudah tidak tertutupi maka hambatan akan kecil sehingga tegangan yang masuk ke pengkondisi sinyal akan besar.

  2.Karena rangkaian couter ini bekerja dengan cara aktif LOW, maka apabila ada orang yang lewat akan menyebabkan tegangan yang masuk pada input kecil atau bahkan tidak ada sama sekali (kurang dari 3V)

  3.Kondisi tersebut akan menyebabkan counter ini akan bekerja (jika diberi 1x clock maka akan meng-counter 1x) dan akan memproses untuk menambahkan tampilan angka sebanyak satu kali per orangnya, dan sebaliknya jika tegangan input besar (lebih dari 3V) maka counter ini akan tidak bekerja dan tidak akan mengcounter orang yang masuk.

  4.Setelah rangkaian counter tersebut menghitung orang yang masuk, maka seven segmen akan menampilkan jumlah orang yang masuk ke dalam ruangan.

Kondisi Keluar
  5.Untuk kondisi keluar secara garis besar sama saja dengan kondisi masuk, hanya saja perbedaannya terletak ketika counter itu bekerja, maka akan mengurangi tampilan angka sebanyak satu kali per orang pada seven segment tersebut.


12 April 2017

Elektroika Telekomunikasi : Penguat Video

PENGOLAHAN SINYAL VIDEO

    1.       Penguat IF
Penguat IF merupakan sebuah Band Pass Amplifier yang berfungsi untuk mempekuat frekwensi menengah atau IF (Intermediate Frequency) sinyal pembawa gambar yang berasal dari keluaran Tuner agar levelnya mencukupi untuk dideteksi oleh bagian video detektor. Untuk sistim PAL BG seperti di Indonesia spektrum frekwensi penguat video IF menggunakan center pada frekwensi 38.9Mhz untuk IF sinyal pembawa gambar (video carrier) dan 33.4Mhz untuk sinyal IF pembawa suara (sound carrier)

Bagian penguat Video IF sangat penting karena menentukan kualitas-kualitas seperti :
  • Sensitivitas penerimaan atau kemampuan menerima sinyal dari antena yang lemah tetapi tetap dapat memberikan kualitas gambar yang bersih dari noise.
  • Selektivitas penerimaan atau kemampuan untuk memisahkan gangguan dari chanel yang berdekatan
  • Kualitas gambar atau kemampuan untuk memberikan detail (resolusi) gambar yang tajam.

2.         Rangakaian Detector Video
Rangkaian ini berfungsi sebagai pendeteksi sinyal video komposit yang keluar dari penguat IF gambar. Selain itu, rangkaian ini berfungsi pula sebagai peredam seluruh sinyal yang mengganggu karena apabila ada sinyal lain yang masuk akan mengakibatkan buruknya kualitas gambar. Salah satu sinyal yang diredam adalah sinyal suara.  Pada rangkaian ini sering menggunakan sebuah diode detector untuk menyearahkan sinyal gambar. Dioda detector mempunyai sifat linearitas yang baik dan memiliki distorsi yang kecil. Dioda yang digunakan pada rangkaian ini biasanya dari jenis germanium. Susunan sinyal gambar yang keluar dari output penguat IF diumpankan ke anoda detector dioda. Setelah dilakukan pendeteksian secukupnya polaritas dari sinyal gambar yang keluar dari katoda menjadi bertaraf negatif (berarti polaritas dari output katoda adalah negatif). 

    3.       Rangkaian Penguat Video
Rangakaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yang berasal dari detector video sehingga dapat menjalankan layar kaca atau CRT (Catode Ray Tube). Di dalam rangkaian penguat Video terdapat pula rangkaian ABL (Automatic Brightness Level) atau pengatur kuat cahaya otomatis yang berfungsi untuk melindungi rangkaian tegangan tinggi dari tegangan muatan lebih yang disebabkan oleh kuat cahaya pada layar kaca. Disamping itu, pada rangkaian ini juga disertai dengan rangkaian pembangkit komponen searah (DC) sinyal televisi agar dapat menghasilkan gambar yang baik pada tabung gambar. 


    4.       Rangkaian Penstabil Penerima Gelombang TV
Rangkaian penstabil penerima gelombang TV di antaranya adalah AGC dan AFT. AGC (automatic gain control) akan menguatkan sinyal jika sinyal yang diterima terlalu lemah. Sebaliknya, jika sinyal yang diterima terlalu besar, AGC dengan sendirinya akan memperkecil sinyal. Rangkaian AGC berfungsi untuk mengatur penguatan input secara otomatis. Rangkaian ini akan menstabilkan sendiri input sinyal televisi yang berubah–ubah baik channel yang satu dengan channel yang lainnya sehingga output yang dihasilkan menjadi konstan.  Cara kerja dari rangkaian ini yaitu apabila ada sinyal masuk melalui tuner, kemudian sinyal ini akan diumpankan ke bagian penguat pertama yaitu penguat HF, didalam penguat HF ini penguatan sinyal akan naik apabila taraf sinyal yang diterima turun dan sebaliknya penguatan sinyal akan turun apabila taraf sinyal yang diterima naik.  Dengan kondisi yang demikian taraf sinyal masukan yang variable menjadi stabil. Semua taraf sinyal RF yang berguna akan dapat disajikan dalam taraf keluaran.
Sementara itu, AFT (automatic fine tuning) atau penala halus secara otomatis akan mengatur frekuensi pembawa gambar dari penguat IF secara otomatis. 


    5.       Rangkaian Defleksi Sinkronisasi
Rangkaian ini terdiri dari empat blok, yaitu rangkaian sinkronisasi, rangkaian defleksi vertical, rangkaian defleksi horizontal dan rangkaian pembangkit tegangan tinggi.
  • Rangkaian Sinkronisasi   : Pada rangkaian ini yang pertama harus dilakukan adalah memisahkan pulsa-pulsa sinkronisasi dari sinyal video. Pemisahan ini dapat dibedakan berdasarkan amplitudo. Untuk sinyal gambar biasanya berada pada taraf 30% sedangkan sisanya adalah susunan sinyal video yang tidak dikehendaki
  • Rangkaian defleksi Vertikal : Arus defleksi vertical dan arus control konvergensi masih diperkuat lagi oleh tingkat  output vertical. Karena pada bagian output vertical ini membutuhkan daya yang lebih besar dari tingkat – tingkat yang lain, maka pada bagian output ini dilengkapi dengan transistor yang mempunyai karakteristik daya tinggi. 
  • Rangkaian defleksi horizontal : pada rangkaian ini berguna untuk mendefleksikan berkas, jadi pada bagian ini harus mampu mendefleksikan bintik telusur dalam tabung gambar secara horizontal (dari kiri ke kanan) dan juga harus sinkron dengan apa yang dilakukan oleh kamera. Dengan demikian bagina ini harus mampu membangkitkan arus listrik dengan bentuk gelombang gigi gergaji yang mempunyai frekuensi sebesar   15.625 Hz. 
    6.       High Voltage Supply (Fly Back)
Berfungsi sebagai penghasil tegangan tinggi untuk dapat mencatu (mengaktifkan) layer CRT agar dapat menghasilkan elektron-elktron yang dapat menampilkan gambar. Tegangan input yang diolah berasl dari tegangan VCC dengan dipengaruhi adanya kerja transistor horizontal output dengan frekuensi tinggi. Tegangan tinggi ini digunakan untuk mencatu anoda CRT, sedangkan tegangan menengah digunakan untuk mencatu rangkaian video output serta katoda dan grid CRT.


Referensi :
https://www.slideshare.net/ekostereo/bab-6-sistem-penerima-televisi 
http://www.almuhibbin.com/2012/11/tugas-televisi-dan-video-sebelum-uts.html
 


4 April 2017

Elektronika Telekomunikasi



Amplifier Linier, Aplifier kelas C dan Multipliers Frekuensi
Amplifier terbagi menjadi 2 tipe, yaitu Amplifier linier dan Amplifier kelas C. Amplifier linier memiliki sinyal output yang identik dengan sinyal inputnya, atau dengan kata lain sinyal outputnya merupakan replika dari pembesaran sinyal input. Jadi, amplifier linier menghasilkan sinyal output dengan daya yang lebih besar daripada sinyal inputnnya.
            Amplifier linier terdiri dari kelas A, AB, dan B. Kelas-kelas itu mengindikasikan bagaimana amplifier itu berbias. Amplifier kelas A menjadi bias ketika berada di daerah aktif sehingga bekerja terus-menerus. Bias diatur sedemikian mungkin sehingga input memvariasikan arus collector untuk melebihi daerah linier transisitor. Kadang-kadang amplifier kelas A disebut dapat menghasilkan 360 derajat gelombang sinus masukannya. Kelas A sangat linier, tetapi sangat tidak efisien sehingga hanya menghasilkan penguatan daya yang kecil
Amplifier kelas B menjadi bias ketika berada di daerah cut off, sehinga tidak ada arus collector mengalir dengan masukan nol. Transistor hanya mengerjakan setengah dari sinyal input, dengan kata lain amplifier kelas B hanya menghasilkan 180 derajat dari sinyal sinus masukan. Oleh karena itu, amplifier Kelas B biasanya terhubung dalam rangkaian push-pull dimana satu transistor menguatkan masing-masing setengah dari sinyal input (sinyal positif dan sinyal negatif).
Amplifier kelas AB menjadi bias ketika berada di dekat daerah cut off dengan beberapa aliran arus collector. Amplifier kelas AB menghasilkan sinyal output lebih dari 180 derajat tetapi lebih kecil dari 360 derajat dari sinyal inputnya. Amplifier kelas AB menghasilkan linieritas lebih bagus daripada kelas B, tetapi dengan efisiensi yang lebih rendah.
Amplifier kelas C menjadi bias ketika berada melampaui daerah cut off. Amplifier kelas C bekerja untuk 90 derajat dan 180 derajat dari gelombang masukan. Amplifier Kelas B dan kelas C merupakan kelas yang paling efisien karena arus mengalir hanya untuk sebuah bagian dari sinyal input, tetapi kelas C adalah yang paling efisien. Tetapi diantara keduanya terdapat distorsi pada sinyal input, suatu teknik khusus digunakan untuk menghilangkan ditorsi tersebut. Seperti pada kelas B beroperasi dengan menggunakan rangkaian push-pull, dan kelas C menggunakan resonansi LC. Amplifier kelas C paling disarankan untuk digunakan diantara tipe RF amplifier lainnya, karena kelas C paling tinggi tingkat efisiensinya (diatas kelas A dan kelas B)

Ciri khas Rangkaian Receiver
Di dalam istilah komunikasi, terdapat tipe-tipe rangkaian receiver, seperti RF dan IF amplifier, serta rangkaian AGC dan AFC. Dan bagian yang paling penting dari receiver komunikasi adalah bagian depannya. Bagian depan biasannya terdiri dari amplifier RF, mixer, dan relatedtuned circuit. Di banyak receiver, amplifier  RF sudah tidak terpakai lagi. Hal ini terutama berlaku di Receiver yang dirancang untuk frekuensi yang lebih rendah daripada 30 MHz. Gain tambahan tidak diperlukan, dan kontribusinya hanya akan menjadi lebih banyak noise. Oleh karena itu, penguat RF biasanya dihilangkan, dan antena terhubung langsung ke input mixer melalui satu atau lebih tuned circuit.
Dalam sebagian besar receiver RF yang digunakan biasanya menyediakan gain tegangan dalam 10-30 dB. Ini mudah didapat dengan transisitor tunggal. Transistor bipolar digunakan pada frekuensi yang lebih rendah, sementara FET lebih disarankan pada frekuensi VHF, UHF, dan microwave. Biasanya, FET memiliki angka kebisingan lebih rendah dari transisitors bipolar dan, karena itu, memberikan performnace lebih baik. Sirkuit FET sangat efektif karena impedansi masukan yang tinggi. Sehingga memungkinkan Q dari rangkaian lebih tinggi dan selektivitas menjadi lebih tajam. Mosfet juga memiliki angka kebisingan yang lebih rendah.
Selain RF amplifier, terdapat juga IF ampifier, dengan memakai IF amplifier dapat diperoleh sebagian keuntungan dan selektivitas. Selektivitas adalah kemampuan untuk memisahkan sinyal pada frekuensi yang berbeda. RF  dan IF amplifier biasanya menggunakan rangkaian sederhana kelas A.
Rangkaian AGC (Automatic Gain Control) adalah sirkuit pengatur loop tertutup umpan balik, yang bertujuan untuk menyediakan amplitudo sinyal yang dapat dikendalikan di outputnya, meskipun variasi amplitudonya dalam sinyal input. Sinyal tingkat rendah menyebabkan gain receiver menjadi tinggi. Sinyal input yang besar menyebabkan gain receiver harus dikurangi. Sebagian besar receiver memiliki sirkuit AGC sehingga dynamic rangenya lebar dan amplitudo sinyal masukan menjadi ditampung tanpa distorsi. Sebuah sirkuit  AGC meluruskan output demodulator ke dc untuk mengontrol gain IF amplifier
Selain AGC, rangkaian kontrol umpan balik lainnya adalah AFC (Automatic Frequency Control). AFC adalah sistem umpan balik yang mirip dengan AGC yang digunakan untuk mengoreksi drift frekuensi dan ketidakstabilan di LO dari VHF, UHF, dan frekuensi microwave penerima. AFC digunakan untuk menstabilkan frekuensi dari oscillitor direct FM yang tidak cukup bagus. Komponen AFC berperan sebagai pengatur frekuensi yang dibangkitkan oscillator lokal untuk dicatukan ke mixer, sehingga frekuensi oscillator menjadi stabil. Di AFC, beberapa sinyal dari output demudulator disaring menjadi tegangan DC dan digunakan untuk mengontrol varactor yang akan pada gilirannya mengontrol LO frekuensi.
Frekuensi transisi gain unity adalah frekuensi dimana besrnya penguatan sama engan unity, atau 0 dB.

Amplifier Common-Emitter (CE)
Pada amplifier common emiter, resistor bias (Rbias) memask arus bia ke base, dan ini  juga dapat dianggap mempunyai pengaruh yang dapat diabaikan terhadap kinerja pada frekuensi tingkat tinggi. Sumber sinyalnya ditunjukkan sebagai pembangkit arus ekivalen is dan Rs.
Hubungan ke pengeluaran rangakaian tertala dapat juga dikopel sedemikian rupa untuk mengurangi redaman, salah satu metode menggunakan kopel induktif timbal balik .


Amplifier Common-Base (CB)
Resitans input untuk rangkaian CB jauh lebih kecil daripada yang rangkaian CE. Resistans output untuk rangkaian CB timbul antara kolektor dan emiter, ini lebih tinggi daripada resistans output CE. Karena nilainnya yang sangat tinggi, resistans output dapat diabaikan bagi kebanyakan maksud praktis.  


Penguatan Daya yang Tersedia
Penguatan daya yang tinggi tersedia diperlukan untuk mempertahankan  faktor noise rendah engan amplifier cascade (formua Friis). Penguatan daya yang tersedia untuk amplifier CE lebih besar daripada amplifier CB. Oleh sebab itu, maka amplifier CE lebih disukai untuk tahap masukan pesawat penerima noise.


Amplifier Cascode
Amplifier CE dan CB dapat dikombinasikan untuk membentuk sebuah amplifier yang mempunyai peguatan daya tinggi dan stabil, kombinasi ini dikeal dengan amplifier cascode. Sebuah amplifier cascode terdapat dua transistor yang membawa arus kollektor dan mempunyai transkonduktans yang sama juga. Secara keseluruhan, amplifier cascode memiliki ciri –ciri kinerja yang serupa dengan yang dimiliki oleh amplifier CE tetapi dengan kestabilan yang lebih bak (tidak ada perubahan fase 180o ) dan karena itu penguatan yang ersedia tinggi.


Rangkaian Ekivalen Hybrida-Ï€ untuk FET
FET (Field Effect Transistor) lebih sederhana dari bipolar junction transistor (BJT) karean sangat tingginya impedans input yang diberikan oleh gerbang kontrol. Analisis rangkaian yang memanfaatkan FET berlangsung dengan cara yang menyerupai cara BJT yang menggunakan rangkaian ekivalen hybrid-Ï€.


Rangkaian Pencampur (Mixer)
 Mixer digunakan untuk mengubah sinyal dari satu frekuensi ke frekuensi lain. Istilah mixer pada umumnya digunakan unntuk rangkaian yang mengubah sinyal radio ke sinyal madya (IF) dan yang memerlukan masukan dari sebuah osilator lokal (LO) untuk melakukannnya. Semua rangkaian mixer memanfaatkan kenyataan bahwa apabila dua sinyal sinusoidal dikalikan bersama, hasilnya terdiri atas komponen frekuensi yang dijumlahkan dan yang dikurangkan (selisihnya).

Self test hal 107-108
(english)
12.) Linear power amplifiers are used to raise the power level of  AM  and  SSB signals.
13.) A CLASS C power amplifier is used to increase the power level of an FM signal.
14.) Linear power amplifiers operate class A, B dan AB
15.) A Class A Transistor amplifier has an efficiency of 50 percent. The output power is 27W. The power dissipated in the transistor is 27 W.
16.) Class A amplifiers conduct for 360 degrees of a sine wave input.
17.) True or false. With no input, a class B amplifier does not conduct. true
18.) Class B RF power amplifiers normally used a(n) Push pull configuration.
19.) A class C amplifier conducts for approximately 90 degrees to 150 degrees of the input signal.
20.) In a class C amplifier collector current flows in the form of pulses
21.) In a class C amplifier, a complete sinusoidal output signal is produced by a(n) tuned or resonant circuit
 22.) The efficiency of a class C amplifier is in the range of 60 to 85 percent.
 23.) The tuned circuit in the collector of a class C amplifier acts as a filter to eliminate harmonics
24.) A class C amplifier whose output tuned circuit resonates at some integer multiple of the input frequency is called a(n) frequency multipliers
25.) Frequency multipliers with factors of 2, 3, 4, and 5 are cascaded. The input is 1.5 MHz. The output is 180 MHz
26.) A class C amplifier has a de supply voltage of 28 V and an average collector current of 1.8 A. The power input is 50.4 W.

(bahasa)
12.) linier power amplifier digunakan untuk meningkatkan tingkat kekuatan sinyal AM dan SSB.
13.) power amplifier kelas C digunakan untuk meningkatkan tingkat kekuatan sinyal FM.
14.) power amplifier Linear beroperasi kelas A, B dan AB
15.) Sebuah penguat kelas A Transistor memiliki efisiensi 50 persen. Daya keluaran 27W. Daya yang dihamburkan dalam transistor adalah 27 W.
16.) Kelas A amplifier bekerja untuk 360 derajat dari masukan gelombang sinus.
17.) Benar atau salah. Tanpa masukan, penguat kelas B tidak melakukan. benar
18.) RF power amplifier Kelas B biasanya menggunakan konfigurasi Push pull.
19.) Penguat Kelas C melakukan sekitar 90 derajat sampai 150 derajat dari sinyal input.
20.) Dalam kelas C penguat kolektor arus mengalir dalam bentuk pulsa
21.) Dalam penguat kelas C, sinyal keluaran sinusoidal yang lengkap diproduksi oleh tuned atau rangkaian resonan
 22.) Efisiensi kelas C penguat adalah di kisaran 60 sampai 85 persen.
 23.) Rangkaian tuned dalam kolektor penguat kelas C bertindak sebagai filter untuk menghilangkan harmonik
24.) Sebuah penguat kelas C yang output disetel bergema di beberapa bilangan bulat kelipatan dari frekuensi input disebut (n) pengganda frekuensi
25.) Frekuensi multipliers dengan faktor 2, 3, 4, dan 5 mengalir. input 1,5 MHz. output adalah 180 MHz
26.) Kelas C penguat memiliki tegangan suplai 28 V dan arus kolektor rata-rata 1,8 A. Input daya 50,4 W.
 

Self test hal 150-151
(english)
53.) RF amplifiers provide initial gain and selectivity in a receiver but also add noise
54.) A low-noise transistor preferred at microwave frequencies is the MESFET or GASFET made of gallium arsenide
55.) Most of the gain and selectivity in a superhet is obtained in the IF amplifier.
56.) The selectivity in an IF amplifier is usually produced by using tuned circuits between stages.
57.) The bandwidth of a double-tuned transformer depends upon the degree of mutual inductance between primary and secondary windings.
58.) In a double-tuned circuit, minimum band width is obtained with under coupling, maximum bandwidth with over coupling, and peak output with optimum or critical coupling.
59.) An IF amplifier that clips the positive and negative peaks .of a signal is called a(n) limiter
60.) Clipping occurs in an amplifier because the transistor is driven by a high-level signal into cutoff, saturation
61.) The gain of a bipolar class A amplifier can be varied by changing the collector current
62.) The overall RF-IF gain of a receiver is approximately 100 dB.
63.) Using the amplitude of the incoming signal to control the gain of the receiver is known as automatic gain control
64.) AGC circuits vary the gain of the IF amplifier.
65.) The dc AGC control voltage is derived from a(n) rectifier circuit connected to the IF amplifie or detector output.
66.) Reverse AGC is where a signal amplitude increase causes a(n) decrease in the IF amplifier collector current.
67.) Forward AGC uses a signal amplitude increase to increase the collector current, which decreases the IF amplifier gain.
68.) The AGC of a differential amplifier is produced by controlling the current produced by the constant-current source transistor.
69.) In a dual-gate MOSFET IF amplifier, the dc AGC voltage is applied to the control gate
70.) Another name for AGC in an AM receiver is automatic volume control
71.) In an AM receiver, the AGC voltage is derived from the diode detector
72.) Large input signals cause the gain of a receiver to be reduced by the AGC.
73.) An AFC circuit corrects for frequency drift in the local oscillator circuit.
74.) The AFC de control voltage is derived from the demodulator circuit in a receiver.
75.) A(n) voltage-variable capacitor is used in an AFC circuit to vary the LO frequency.
76.) A circuit that blocks the audio until a signal is received is called a(n) squelch  circuit.
77.) Two types of signals used to operate the squelch circuit are audio, noise
78.) In a CTCS system, a low-frequency tone is used to trigger the squelch circuit.
79.) A BFO is required to receive SSB and CW signals.

(bahasa)
53.) RF amplifier memberikan gain awal dan selektivitas di receiver tetapi juga menambahkan noise
54.) Transistor kebisingan rendah yang disukai di frekuensi microwave adalah MESFET / GASFET terbuat dari gallium arsenide
55.) Sebagian besar gain dan selektivitas di superhet diperoleh di amplifier  IF
56.) Selektivitas di amplifier biasanya diproduksi dengan menggunakan tuned circuits antara tahap.
57.) Bandwidth transformator tuned ganda tergantung pada tingkat mutual inductance antara gulungan primer dan sekunder.
58.) Di sirkuit tuned ganda, minimal bandwidth diperoleh dengan under coupling, bandwidth maksimum dengan over kopling, dan puncak output dengan optimum atau critical kopling. 59.) IFamplifier yang mencuplik puncak sinyal positif dan negatif sinyal disebut limiter
60.) Kliping terjadi di sebuah amplifier karena transistor didorong oleh sinyal tingkat tinggi menjadi cutoff, saturation
61.) Gain dari penguat bipolar kelas A dapat bervariasi dengan mengubah arus kollektor
62.) Gain keseluruhan RF -IF Receiver adalah sekitar 100 dB.
63.) Menggunakan amplitudo sinyal masuk untuk mengontrol gain Penerima dikenal sebagai automatic gain control
64.) Sirkuit AGC bervariasi gain dari IF amplifier.
65.) AGC dc tegangan kontrol berasal dari rectifier sirkuit terhubung ke IF amplifie atau detector output.
66.) Reverse AGC adalah di mana sinyal amplitudo meningkat dikarenakan penurunan di arus kolektor IF amplifier
67.) Forward AGC menggunakan kenaikan amplitudo sinyal untuk menaikan arus kolektor yang menurunkan gain IF amplifier.
68.) Diferensial penguat AGC diproduksi dengan mengendalikan arus yang diproduksi oleh transistor sumber arus konstan
69.) Di MOSFET IF amplifier gerbang ganda-, tegangan dc AGC diterapkan control gate
70.) Nama lain AGC di receiver AM adalah automatic volume control
71.) Di receiver AM, tegangan AGC berasal dari diode detector.
72.) sinyal input besar menyebabkan gain receiver oleh AGC.
 menjadi berkurang
73.) sebuah sirkuit AFC mengoreksi untuk frekuensi drift di sirkuit local oscillator
74.) AFC kontrol tegangan berasal dari sirkuit demodulator di receiver.
75.) voltage-variable capacitor digunakan dalam rangkaian AFC untuk memvariasikan frekuensi. LO
76.) Blok audio sampai sinyal yang diterima disebut sirkuit squelch
77.) Dua jenis sinyal yang digunakan untuk mengoperasikan sirkuit squelch adalah audio, noise
78.) Dalam sistem CTCS, tone frekuensi rendah digunakan untuk memicu sirkuit squelch
79.) BFO diperlukan untuk menerima sinyal SSB dan CW